This Is Just The Beginning

Nama saya Sari Kurnianingtyas. Teman-teman biasa memanggil saya Sari. Berbeda dengan keluarga saya yang biasa memanggil Tyas. Saya lahir di Jakarta, 26 April 1994. Sekarang saya berusia 18 tahun. Keluarga saya ada 4 anggota. Ibu, Bapak, Kakak laki-laki dan yang terakhir saya. Saya anak bontot. Saya menyayangi semua anggota keluarga saya. Itu sudah pasti. Dengan segala kekurangan saya, mereka menerimanya. Dengan segala kesalahan yang saya perbuat, mereka memaafkannya. Ibu saya, walaupun Ia cerewet dan sering marah, Ia tetap Ibu terbaik sepanjang masa. Ia rela melakukan apapun demi kesuksesan anak-anaknya.

Kakak saya berjuang bekerja setelah lulus SMK, untuk membiayai hidup kami. Saat itu Ayah saya sedang tidak bekerja. Kakak saya lulusan SMK di jurusan perhotelan. Setelah lulus Ia langsung bekerja di Hotel ternama di Jakarta. Dengan gaji yang cukup, Ia dapat membiayai semua kebutuhan kami. Dan Ia pun yang membiayai saya mulai dari SMP. Saya beruntung mempunyai kakak seperti dia. Dan suatu saat saya harus membalas atas semua yang telah dia berikan kepada saya.

Waktu saya SD, saya bukan termasuk murid yang pintar. Nilai ulangan suka-suka dapet merah. Tapi tidak sering. Saya tidak menonjol waktu di SD. Teman pun bisa dikatakan sedikit. Waktu itu saya ingat sekali. Saya sudah kelas 6 SD dan akan melanjutkan sekolah ke tingkat SMP. Alhamdulillah saya tidak menemukan kesulitan untuk masuk SMP yang katanya terbaik se-Jakarta Timur dikala itu. Saat itu, Ibu saya ditanya oleh tetangga, “Sari milih SMP apa saja?” dan Ibu saya pun menjawab, “10x, 25x, 25x” yah memang pilihan saya itu sedikit membunuh diri. Dan tetangga itu pun menyepelekan pilihan saya yang tinggi-tinggi. “emang bisa?” ya…kurang lebih begitulah kata dia. Tetapi Ibu saya hanya menjawab dengan senyuman dan Ia berkata, “Saya sih percaya aja sama kemampuan anak saya.” Yes, she’s the best mom I’ve ever met. Dia percaya saya. Dia percaya kemampuan saya. Pilihan punya saya dan hanya saya yang berhak memilih. Dan saya pun mebuktikannya dengan masuk di SMP pilihan nomor satu yang saya pilih. SMP terbaik se-jakarta timur, dikala itu. Senang? Ya. Sangat. Rasanya saya ingin berteriak ke orang yang sudah meremehkan saya. “NIH! Liat kan gue bisa masuk sini! Jangan sembarangan meremehkan gue!” Arogan? Ya. Saya memang arogan. Dan saya menghabiskan 3 tahun yang tidak terlupakan di SMP tersebut. Saya bertemu guru-guru yang sabar mengajar murid-muridnya. Dan saya bertemu teman-teman banyak di sini. Di SMP saya mulai belajar karakter teman-teman. Mana yang harus saya jadikan sahabat, mana yang hanya sekedar teman. Mulai dari yang biasa-biasa saja sampai yang luar biasa. Tidak terasa 3 tahun sudah saya lewati dengan mulus.

Sekarang saatnya saya ‘pindah’ sekolah ke tingkat SMA. Alhamdulillah saya lagi-lagi tidak menemukan kesulitan untuk masuk SMA yang saya inginkan. Dengan nilai nem yang tidak kecil, tapi juga tidak bisa dibilang besar. Di lingkungan tempat tinggal saya, mulai dari SD, SMP, dan SMA, saya selalu masuk di sekolah yang ternama di daerah saya. Itu merupakan kebanggan tersendiri untuk saya, dan orang tua saya tentunya. Kehidupan SMA pun di mulai. Ketika saya SMP, saya berikiran ingin segera meninggalkan bangku SMP dan menduduki bangku SMA. Jadilah saya masuk di SMA tersebut. Awalnya saya tidak suka masuk SMA itu. Tapi, saya mencoba ikhlas dan menerima segalanya.

Leave a comment