0

Resume okk

Pada tanggal 3 agustus pukul 6 pagi, saya dan teman saya jalan menuju Balairung di UI untuk melakukan registrasi ulang. Saya berfikir kalo registrasi ulang di UI sama seperti saya registrasi ulang di SMP atau SMA. Tapi ternyata sangat berbeda. Ada acara welcoming maba yang dibuat oleh kakak-kakak panitia OKK (Orientasi kehidupan Kampus). Dan di sana kami dijelaskan apa yang harus kami lakukan setelah kami resmi melakukan registrasi ulang. Ada stand OKK, ada stand fakultas, dan ada stand jurusan. Kami dijelaskan berbagai macam sesuatu.

Setelah registrasi ulang, pada tanggal 6 agustus ada kegiatan mahasiswa baru yang harus kami datangi, yaitu display UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa). Saya awalnya tudak mengetahui acara macam apa display UKM itu. Ternyata seperti demo ekskul. Acaranya sangat bikin ngantuk kalau kakak-kakak nya hanya menjelaskan slide, tanpa ada aksi. Di sana ada sekitar 40 UKM. Kami menyimaknya dengan sabar. Walaupun dengan sedikit terkantuk-kantuk. Tetapi saya menikmatinya. UKM yang nyangkut di memori otak saya itu dance sport, marching band, orchestra, salam, yang budha itu, liga tari, sama yang kayak abri itu. Yang lainnya agak membosankan kalau menurut saya. Di tutup dengan penampilan marching band yang sangat sempurna dan membuat saya tertarik untuk mengikutinya. Tetapi, yang saya bingung, kok hanya untuk mendaftarkan diri saja harus membayar sejumlah uang? Untuk apa? Lagi pula saya juga belum tentu di terima kalau ada audisi nya lagi. Kecuali kalau saya sudah fix bakal diterima, terus disuruj bayar sih tidak apa-apa. Tapi walaupun acaranya sangat melelahkan saya sangat puas dengan penampilan kakak-kakak yang tampil. Bagus banget. Saya sampai tercengang.

Kegiatan mahasiswa baru yang ketiga dan wajib didatengi, adalah acara puncak, yaitu PSAU & OKK (Orientasi Kehidupan Kampus). Saya berfikir apa yang akan kami lakukan di acara tersebut. Ternyata pas PSAU, kami di jelaskan tentang segala seluk beluk Universitas Indonesia. Dan kami diberi banyak sekali informasi bermanfaat. Setelah PSAU selesai, acara OKK pun di mulai. Ada banyak penampilan dari musisi-musis ciamik yang keberadaannya selama ini tidak saya ketahui. Ada satu gitaris yang saya lupa namanya. Dia mainnya keren sekali. Seperti menonton sungha jung. Keren. Setelah itu, ada beberapa seminar. Salah satunya eminar tentang korupsi, dan kami dikasih unjuk sebuah film pendek tentang sebagian kecil dari bentuk korupsi di Indonesia. Acara terakhirpun datang. Dinamika angkatan. Saya tidak mengerti maksud dari dinamika angkatan itu apa. Saya juga bingung saat kakak senior menyuruh kami, maba, untuk membuat lambang OKK Aku Manusia ditengah-tengah balairung. Apa sih maksudnya. Saya benar benar bingung. Tapi lambat laun saya pun mengerti. Intinya kami mahasiswa, harus bisa bergerak sendiri. Jangan manja. Dan ada beberapa kesimpulan yang saya tangkap. Kerjasama. Kami semua satu. Dan kami harus saling kerjasama agar mendapat hasil yang sukses. Aku manusia.

0

This Is Just The Beginning

Nama saya Sari Kurnianingtyas. Teman-teman biasa memanggil saya Sari. Berbeda dengan keluarga saya yang biasa memanggil Tyas. Saya lahir di Jakarta, 26 April 1994. Sekarang saya berusia 18 tahun. Keluarga saya ada 4 anggota. Ibu, Bapak, Kakak laki-laki dan yang terakhir saya. Saya anak bontot. Saya menyayangi semua anggota keluarga saya. Itu sudah pasti. Dengan segala kekurangan saya, mereka menerimanya. Dengan segala kesalahan yang saya perbuat, mereka memaafkannya. Ibu saya, walaupun Ia cerewet dan sering marah, Ia tetap Ibu terbaik sepanjang masa. Ia rela melakukan apapun demi kesuksesan anak-anaknya.

Kakak saya berjuang bekerja setelah lulus SMK, untuk membiayai hidup kami. Saat itu Ayah saya sedang tidak bekerja. Kakak saya lulusan SMK di jurusan perhotelan. Setelah lulus Ia langsung bekerja di Hotel ternama di Jakarta. Dengan gaji yang cukup, Ia dapat membiayai semua kebutuhan kami. Dan Ia pun yang membiayai saya mulai dari SMP. Saya beruntung mempunyai kakak seperti dia. Dan suatu saat saya harus membalas atas semua yang telah dia berikan kepada saya.

Waktu saya SD, saya bukan termasuk murid yang pintar. Nilai ulangan suka-suka dapet merah. Tapi tidak sering. Saya tidak menonjol waktu di SD. Teman pun bisa dikatakan sedikit. Waktu itu saya ingat sekali. Saya sudah kelas 6 SD dan akan melanjutkan sekolah ke tingkat SMP. Alhamdulillah saya tidak menemukan kesulitan untuk masuk SMP yang katanya terbaik se-Jakarta Timur dikala itu. Saat itu, Ibu saya ditanya oleh tetangga, “Sari milih SMP apa saja?” dan Ibu saya pun menjawab, “10x, 25x, 25x” yah memang pilihan saya itu sedikit membunuh diri. Dan tetangga itu pun menyepelekan pilihan saya yang tinggi-tinggi. “emang bisa?” ya…kurang lebih begitulah kata dia. Tetapi Ibu saya hanya menjawab dengan senyuman dan Ia berkata, “Saya sih percaya aja sama kemampuan anak saya.” Yes, she’s the best mom I’ve ever met. Dia percaya saya. Dia percaya kemampuan saya. Pilihan punya saya dan hanya saya yang berhak memilih. Dan saya pun mebuktikannya dengan masuk di SMP pilihan nomor satu yang saya pilih. SMP terbaik se-jakarta timur, dikala itu. Senang? Ya. Sangat. Rasanya saya ingin berteriak ke orang yang sudah meremehkan saya. “NIH! Liat kan gue bisa masuk sini! Jangan sembarangan meremehkan gue!” Arogan? Ya. Saya memang arogan. Dan saya menghabiskan 3 tahun yang tidak terlupakan di SMP tersebut. Saya bertemu guru-guru yang sabar mengajar murid-muridnya. Dan saya bertemu teman-teman banyak di sini. Di SMP saya mulai belajar karakter teman-teman. Mana yang harus saya jadikan sahabat, mana yang hanya sekedar teman. Mulai dari yang biasa-biasa saja sampai yang luar biasa. Tidak terasa 3 tahun sudah saya lewati dengan mulus.

Sekarang saatnya saya ‘pindah’ sekolah ke tingkat SMA. Alhamdulillah saya lagi-lagi tidak menemukan kesulitan untuk masuk SMA yang saya inginkan. Dengan nilai nem yang tidak kecil, tapi juga tidak bisa dibilang besar. Di lingkungan tempat tinggal saya, mulai dari SD, SMP, dan SMA, saya selalu masuk di sekolah yang ternama di daerah saya. Itu merupakan kebanggan tersendiri untuk saya, dan orang tua saya tentunya. Kehidupan SMA pun di mulai. Ketika saya SMP, saya berikiran ingin segera meninggalkan bangku SMP dan menduduki bangku SMA. Jadilah saya masuk di SMA tersebut. Awalnya saya tidak suka masuk SMA itu. Tapi, saya mencoba ikhlas dan menerima segalanya.